20 August 2015

MAHASISWA BERJIWA ENTREPRENEUR, KUNCI KEMAJUAN BANGSA INDONESIA

Mutiara Syalen
Fakultas Ekonomi
Jurusan Ekonomi dan Administrasi
Program Studi Pendidikan Ekonomi
8105152236

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya manusia karena Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi terbanyak di dunia. Dengan kekayaan SDM yang melimpah artinya Indonesia tidak kekurangan sumber daya untuk membangun negara Indonesia. Dengan kekayaan sumber daya manusianya, seharusnya bangsa Indonesia dapat memanfaatkan hal tersebut untuk mengusahakan kemajuan negaranya dan memakmurkan rakyatnya. Apalagi, setiap tahunnya Indonesia telah mencetak sekian banyak sarjana-sarjana yang seharusnya siap untuk turut berkontribusi memajukan negara Indonesia. Ini berarti Indonesia sesungguhnya memiliki banyak rakyat yang berkualitas untuk membantu memakmurkan bangsa Indonesia.

Namun kenyataan yang terjadi tidaklah demikian. Masih banyak rakyat Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan dan menjadi pengangguran. Terbukti dengan adanya data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan bahwa jumlah penduduk miskin per September 2014 mencapai 27,73 juta jiwa.  Data lainnya menyebutkan jumlah pengangguran sarjana atau lulusan universitas yang sebelumnya disebut dapat turut memajukan negara, pada Februari 2013 mencapai 360 ribu orang, atau 5,04% dari total pengangguran yang mencapai 7,17 juta orang. Setiap tahunnya Indonesia melahirkan lebih dari 700.000 sarjana yang menganggur. Hal tersebut dikarenakan bertambahnya jumlah sarjana yang dicetak setiap tahunnya tidak turut diimbangi dengan pertambahan jumlah lapangan pekerjaan yang ada.

Salah satu usaha untuk mengurangi pengangguran adalah dengan membuka lapangan pekerjaan baru. Namun, kebanyakan orang berpendidikan tinggi lebih suka bekerja di suatu perusahaan dan memperoleh jabatan setinggi-tingginya. Orang-orang tersebut kurang berani untuk mengambil resiko besar mebuat suatu lapangan kerja (berwirausaha). Mereka mengharapkan gaji yang diberikan oleh kantor. Ini sangat disayangkan, padahal jika mereka berani mengambil resiko dan mebuka suatu usaha, maka angka pengangguran di Indonesia akan dapat dikurangi.

Sebagai generasi yang berpendidikan tinggi dan berada pada usia yang produktif, sudah sepatutnya mahasiswa menjadi penerus bangsa yang membangun negara Indonesia.  Untuk itu, jiwa berwirausaha harus ditanamkan pada setiap individu mahasiswa sejak dini, agar nantinya lulusan sarjana dapat menjadi wirausaha, membuka lapangan kerja baru, dan pada akhirnya dapat mengurangi angka pengangguran yang nantinya juga akan dapat mengurangi angka kemiskinan.

Ada banyak karakterisitik wirausaha yang sangat membantu setiap orang yang memilikinya untuk dapat bersaing di era yang semakin maju ini.
  • Seorang wirausaha merupakan individu yang berani mengambil resiko. Tidak ada yang dapat menjamin usaha yang ia mulai akan berjalan mulus dan meraup keuntungan yang besar, namun segala sesuatu pasti terdapat resikonya. Diperlukan keberanian bagi seorang wirausaha mengambil resiko tersebut untuk meraih sebuah kesuksesan.
  • Dalam merintis sebuah usaha kecil menjadi usaha yang besar diperlukan keuletan dan kesabaran di dalamnya. Keuletan dan kesabaran itulah yang dimiliki oleh seorang wirausaha karena kesuksesan tidak dapat diraih secara instan.
  • Dapat dipastikan seorang wirausaha merupakan seseorang yang kreatif dan inovatif karena ia dituntut untuk memiliki produk yang dapat bersaing, sehingga otaknya akan terlatih untuk dapat berfikir kritis.
  • Seorang wirausaha adalah seseorang yang pantang menyerah. Kegagalan adalah hal yang wajar dialami oleh seorang wirausaha di awal karirnya, bukan wirausaha namanya jika baru menemui sebuah kegagalan ia kemudian berhenti berusaha. Wirausaha yang sukses adalah seseornag yang bangkit dan mencoba kembali setelah mengalami kegagalan.
  •  Seorang wirausaha sukses juga merupakan seorang manajer yang baik. Setiap saat ia dituntuk untuk dapat mengatur usahanya baik dari segi keuangan maupun administrasi, maka kemampuan manajemennya akan terus terasah.

Dan masih banyak lagi karakter-karakter positif wirausaha yang perlu seorang mahasiswa miliki. Karakter-karakter tersebut akan menjadikan mereka pribadi bermental baja, sehingga para mahasiswa dapat bersaing dan bertahan di era yang memiliki persaingan ketat ini. Apalagi di zaman sekarang ini bangsa Indonesia dituntut untuk dapat bersaing dengan bangsa asing dikarenakan adanya pasar bebas ASEAN.

Pada akhirnya memang tidak semua mahasiswa akan menjadi wirausaha. Namun, karakteristik-karakteristik wirausaha tetap harus dimiliki oleh setiap mahasiswa maupun rakyat Indonesia yang lainnya karena karakteristik-karakteristik tersebut dapat pula diterapkan di kehidupan sehari-hari bahkan dapat diterapkan di lingkungan kerja jika seseorang menjadi karyawan sebuah perusahaan. Hal yang paling penting adalah karakteristik-karakteristik tersebut dapat menjadikan setiap bangsa Indonesia bangsa yang berkualitas, bangsa yang bermental baja dan bangsa yang mampu bersaing sehingga bangsa Indonesia bisa menjadi bangsa yang maju.
READMORE - MAHASISWA BERJIWA ENTREPRENEUR, KUNCI KEMAJUAN BANGSA INDONESIA

15 August 2015

KEMAJUAN PEREKONOMIAN INDONESIA BAGIAN TIMUR

Mutiara Syalen
Fakultas Ekonomi
Jurusan Ekonomi & Administrasi
No. Registrasi Mahasiswa : 8105152236

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per September 2014, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 27,73 juta jiwa. Penduduk miskin terbanyak ada di Pulau Jawa, dan sebaran terbesar terdapat di Maluku-Papua. Menurut Data Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Indonesia menyebutkan tingkat kemiskinan di Provinsi Papua jauh di atas tingkat kemiskinan rata-rata nasional, yaitu 13,3 persen. Tingkat kemiskinan di Papua mencapai 31,5 persen. Setelah Papua, tingkat kemiskinan tertinggi kedua adalah Papua Barat 27,1 persen, kemudian Nusa Tenggara timur 20,2 persen, Maluku 19,3 persen, dan Gorontalo 18,3 persen.

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Marwan Jafar menyatakan bahwa jumlah desa tertinggal saat ini mencapai 24,48 persen atau 18.126 desa dan sebagian besar desa tertinggal ada di Indonesia bagian timur juga di perbatasan, pulau terdepan, terluar, dan terpencil.

Permasalahan kemiskinan,  ketertinggalan dan ketidakmerataan kesejahteraan yang terjadi di Indonesia bagian timur dapat diselesaikan dengan langkah awal membangun dan memperbaiki infrastruktur yang ada di Indonesia bagian timur. Sarana dan prasarana publik harus lebih ditingkatkan lagi oleh pemerintah daerah setempat. Kemajuan sarana dan prasarana publik ini dapat membantu mendorong peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia bagian timur karena pendidikan merupakan salah satu hal terpenting untuk membangun dan memajukan suatu masyarakat termasuk di dalamnya memberantas kemiskinan.

Pemberantasan kemiskinan dapat dimulai dengan memperbaiki dan memperbanyak sarana transportasi yang ada di Indonesia bagian timur. Sarana transportasi yang memadai dapat membuat masyarakat setempat bepergian dari satu tempat ke tempat lain dengan lebih mudah. Sarana transportasi yang memadai juga dapat membuat masyarakat Indonesia dari luar daerah Indonesia bagian timur yang berpotensi membantu membangun daerah tersebut tidak akan ragu untuk menetap karena mereka tidak perlu mengkhawatirkan transportasi untuk bepergian kemanapun.

Sarana komunikasi juga harus dibangun. Fasilitas internet, telepon umum, dan media massa harus diperbanyak agar masyarakat senantiansa update dengan informasi apapun yang dapat menunjang masyarakat menjadi lebih baik lagi. Jika masyarakat Indonesia bagian timur mudah mengakses informasi dari luar daerah, maka masyarakat Indonesia bagian timur dapat belajar banyak hal dari luar sehingga dapat menjadi masyarakat yang berwawasan luas dan dapat membangun daerahnya sendiri.

Hal yang harus diusahakan lainnya adalah kebersihan lingkungan tempat tinggal masyarakat Indonesia bagian timur. Tempat tinggal masyakarat yang tidak layak huni harus diperbaiki atau masyarakatnya dapat disediakan tempat tinggal baru yang lebih layak agar kesehatan masyarakat Indonesia bagian timur dapat terjaga. Dengan kondisi kesehatan yang baik, masyarakat dapat dengan leluasa  menuntut ilmu lebih tinggi lagi karena kondisi kesehatan mereka sudah terjaga dengan baik.
Jika infrastruktur di Indonesia bagian timur sudah membaik dan sama seperti halnya keadaan kota-kota besar lainnya seperti DKI Jakarta, maka hal terakhir yang dapat dilakukan adalah meningkatkan kualitas sumber saya manusia. Upaya-upaya tersebut harus dijalankan secara konsisten agar pembangunan di Indonesia bagian timur dapat tercapai secara permanen atau untuk jangka waktu yang terus-menerus, bukan hanya tercapai untuk kurun waktu yang singkat.

Kualitas sumber daya manusia yang ada di Indonesia bagian timur harus ditingkatkan agar masyarakat Indonesia bagian timur menjadi masyarakat yang berintelektual tinggi sehingga mereka dapat berdiri dengan kaki mereka  di rumah mereka sendiri, dan membangun daerah mereka sendiri tanpa harus hanya menjadi pekerja di bawah naungan pihak asing. Sebagai tenaga tambahan, pemerintah dapat meningkatkan jumlah tenaga pendidik yang dikirim dari luar kota untuk membantu mendidik masyarakat Indonesia bagian timur. Sehingga nantinya kualitas pendidikan di Indonesia bagian timur tidak kalah dengan kualitas pendidikan yang ada di kota DKI Jakarta dan kota lainnya yang sudah mengalami kemajuan lebih dulu dalam bidang pendidikan. Ketika tenaga pendidik yang dikirim dari luar kota tersebut sudah berhasil meratakan dan memajukan kualitas pendidikan masyarakat Indonesia bagian timur, maka selanjutnya masyarakat asli Indonesia bagian timur dapat mambangun daerahnya sendiri dengan kemampuan dan pengetahuan yang didapat.

Ketika pendidikan di Indonesia bagian timur sudah maju, maka dapat dipastikan perekonomian di Indonesia bagian timur juga dapat berkembang pesat, karena angka kemiskinan dapat terus menurun. Hal itu dikarenakan sumber daya manusianya yang sudah berintelektual tinggi dan dapat membangun daerahnya dengan berbagai pengetahuan yang dimiliki.
READMORE - KEMAJUAN PEREKONOMIAN INDONESIA BAGIAN TIMUR