Disini aku sendiri, duduk termenung tanpa ada yang menemani. sulit bagiku untuk terbiasa dengan keadaan seperti ini, aku terbiasa dengannya, mencari uang di Lampu Merah ini, tempat dimana kami menggantung hidup kami.
namaku Rossa, aku hanya seorang anak pengamen yang hidup sebatang kara. orang tuaku meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil. dulu hidupku tidak sesusah ini, ketika mereka pergi, aku tak tau harus bagaimana, bahkan aku tak tau siapa dan dimana saudara-saudaraku. aku anak tunggal. tapi kemudian Melati datang untuk menemani hidupku, meski ia tak membuat ekonomi dalam hidupku bertambah, tapi ia dapat menemaniku, mengisi kekosongan hidupku.
pertemuan ini bermula ketika ku berjalan tanpa arah. saat itu aku tak tau mau kemana kakiku akan membawaku. aku benar-benar pasrah, rasanya aku ingin mati saja. aku ingin menyusul ayah dan ibuku. tetapi Melati datang menghentikanku di pinggir jalan raya ini, nampaknya ia mengerti apa yang sedang ku alami, meskipun ia tak tau persis. singkatnya, sejak itu, aku hidup bersama dengan Melati, berjuang hidup dari pekerjaan mengamen kami. kami tinggal tidak jauh dari pinggir jalan raya ini, di sebuah gang tempat dimana para gepeng tinggal, hanya dengan beralaskan kardus. makan, tidur, bermain, semua hampir kami lakukan bersama disana.
ternyata kehidupan Melati tidak jauh berbeda dengan kehidupanku, orang tuanya meninggal dalam peristiwa kebakaran di sebuah mall. saudara-saudaranya pun tidak ada yang memperdulikannya setelah itu. Melati anak yang baik, kulitnya sawo matang, ia manis, ia pintar, tapi sama sepertiku, ia tidak bisa melanjutkan sekolah. ia baik, selalu mendengar keluh kesahku. ahh.... Melati, ia merupakan sosok seorang sahabat yang sangat kusayangi.
masih melekat di pikiranku, saat-saat dimana kami mengamen bersama, makan seadanya bersama, tidur bersama, meskipun semuanya serba seadanya, tapi kebersamaan kami membuatku cukup bahagia. tapi kini, semua harus kujalani sendiri, lagi. Melati meninggalkan ku untuk selama-lamanya.
rasanya ingin ku mengulang peristiwa siang itu. seharusnya aku tak memanggil Melati dari seberang jalan, aku tak sabar ingin memperlihatkan padanya jumlah uang yang kudapat saat itu, dengan wajah bersemangat, ia menghampiriku dari seberang jalan sana, tapi aku tak tau bahwa dari kejauhan ada sebuah mobil yang melaju dengan sangat cepat, begitupun Melati, ia tidak tau.sekejap saja mobil itu sudah merenggut nyawanya.
rasanya sungguh seperti mimpi yang tidak pernah kuinginkan, aku tak bisa dan tak ingin menerima kenyataan ini. andai saja waktu dapat terulang, aku takkan memanggilnya, aku yang akan menghampiri ia, sehingga bila memang harus kecelakaan itu terjadi, maka akulah yang ada di posisi melati saat itu, jadi aku tak perlu merasa kehilangan seperti ini..
tuhaaan, apa dosaku hingga kau berkehendak seperti ini, memanggil orang - orang yang kusayang tanpa sisa......
aku berjalan tanpa arah dan tujuan. tak ada lagi yang bisa ku banggakan dari hidupku, tak ada lagi yang membuatku bersemangat jalani hidup ini. semuanya...... lenyap.
aku ingin menyebrangi jalan raya ini, tanpa ku tahu, ada sebuah motor yang melaju sangat cepat. aku tertabrak, terpental jauh sekali.
ayah...
ibu...
Melati....
tunggu aku disana................
Rossalinda Amalia
binti
Zainal Hamid
Lahir : 14 Mei 1990
Meninggal : 29 Juni 2005
NB : cerita diatas cuma karangan gue, kalo ada kesamaan nama dan tempat mohon maaf, itu gak sengaja hehe semoga pada nikmatin yaa, :)
pengarang : MUTIARA SYALEN
No comments:
Post a Comment