“Louis masih dalam keadaan sadar,
hanya saja keadaannya masih lemah meskipun sudah agak lebih baik dari yang
sebelumnya. Jika ada yang mau masuk, dua orang dua orang saja ya..” begitu kata
dokter yang baru saja keluar dari ruangan tempat Louis berada. Tara, Niall,
Zayn, Liam, Harry dan kedua orang tua Louis menampakkan ekspresi sedikit lega. Kemudian ibu Louis mempersilahkan Tara
masuk duluan. Tara menurutinya dan segera masuk ke ruangan. Di dalamnya, Louis
masih memejamkan mata, tubuhnya begitu kurus dan rapuh. Tara ingin menangis
tapi ia berusaha menahan air matanya. Ia kemudian jalan dan duduk di samping
tempat tidur Louis, menggenggam tangan Louis.
“Lou… kenapa kamu gak jujur sama
aku? Kenapa kamu ngumpetin semuanya dari aku? Kenapa aku gak boleh tau yang
sebenernya?aku bener-bener ngerasa salah sama kamu…. Bangun Lou, sembuh…” Bisik
Tara seraya menitikkan air matanya satu persatu. Tara kemudian menyandarkan
kepalanya di tangan Louis yang masih belum membuka matanya.
If I could take it all back, I would now.. I never meant to let you all
down.. and now I’ve got to try to turn it all around and figure out how to fix
this.. I know there’s a way so I promise, I’m gonna clean up the mess I made,
maybe it’s not too late…………. (Demi Lovato – It’s Not Too Late)
Selanjutnya Tara rutin
mengunjungi Louis tiap pulang sekolah hingga malam. Tapi sudah 2 hari ini Tara
masih menemui Louis yang belum membuka matanya, ibunya bilang Louis sempat
terbangun saat malam, saat Tara sudah pulang. Tara selalu ingin menemani Louis
hingga pagi lagi sehingga ia bisa melihat Louis terbangun, tapi ibu Louis sama
sekali tidak mengizinkannya karena Tara harus sekolah. Sementara hubungan Tara
dan Niall, mereka melupakan soal status pacaran mereka. Masing-masing terlarut
dalam pikiran yang berbeda. Tara yang merasa bersalah pada Louis tapi tidak bisa menghindari perasaan
sayangnya pada Niall, dan Niall yang juga mengutamakan kesembuhan Louis diatas
segalanya, termasuk perasaan cintanya pada Tara sehingga ia tidak mampu
berharap apa-apa kecuali kesembuhan Louis.
Tibalah hari jumat, hari dimana
keesokkan harinya Tara libur sekolah. Ia memohon pada ibu Louis agar diizinkan
menginap di rumah sakit untuk merawat Lou. Semula ibu Louis agak ragu, ia
khawatir ibu Tara akan marah. Tara berusaha meyakinkan beliau sampai-sampai ia
harus menelpon ibunya sendiri agar ibunya yang berbicara pada ibu Louis.
Setelah melalui proses cukup rumit, Tara pun diizinkan.
Tiba waktunya untuk Louis makan
malam, sudah ada sepiring bubur ditangan Tara. “Lou…. Bangun, aku pengen liat
kamu buka mata kamu… bangun Lou…… makan ya? aku suapin ………” tara terus berusaha
membangunkan Lou untuk makan malam. Setelah beberapa menit yang lama, akhirnya
Lou perlahan-lahan membuka matanya. “Ta…. Tara…?” “IYA LOU! INI AKU TARA!” Tara
terlalu antusias, tapi kemudian langsung memelankan suaranya, “emaap, aku
reflex haha abis aku seneng banget akhirnya bisa ngeliat kamu melek. Kamu makan
ya? aku suapin? Buka mulutnya dong, aaaaaaaa…” melihat reaksi Tara, Lou hanya
tersenyum, dan menuruti perintah Tara.
Setelah makan malam, Tara
berbicara banyak pada Lou, adaaaa saja yang ia bicarakan. Entah itu tentang
sekolah, tentang the boys, bahkan adiknya. Seolah ia tak ingin melewatkan
sedikit saja waktu bersama Lou. Mungkin karena rasa bersalah, atau…. Cinta?
Begitulah yang dilakukan Tara
setiap hari, ia selalu menemani Lou. Jika datang waktu libur ia akan menginap,
jika hari biasa, Tara hanya menemani hingga malam. Hal ini terus berlanjut
hingga seminggu lamanya, dan keadaan Lou semakin membaik.
“hai Lou-eeeee !” sapa Tara
dengan seragam putih abu-abunya siang hari itu. “tebak aku hari ini bawa apa?
:P” “apaya……gaktau haha” jawab Louis asal untuk merespon Tara. “aku bawa
apeeeeeelll! Makan ya? aku kupasin =))”. Sementara Tara dan Louis sedang asik berbincang
dan Tara menyuapi Louis buah apel, berdirilah Niall di depan pintu kamar Louis,
ia hanya mengintip dari pintu yang terdapat kacanya. Tatapannya lesu, ia hanya
terpaku berdiri menyaksikan gadis yang paling dicintainya bersenda gurau dengan
sahabatnya sendiri. Cepet sembuh ya
Lou….. aku bakal coba ngikhlasin Tara, demi kamu……..aku rela. Dan kamu Tara,
kamu bahagia ya sama Lou? Aku juga bahagia liat kamu bahagia….. Niall
merasa pipinya menghangat, air mata turun dari matanya, seketika ia
menghapusnya dan berbalik menjauhi kamar Louis…..
How do I live without the ones I love? Time still turns the pages of
the book its burned… place and time always on my mind… I have so much to say
but you’re so far away…… (Avenged Sevenfold – So Far Away)
“ohiya Tara…..” potong Louis
ditengah-tengah tawa mereka. “aku pengen nyampein sesuatu sama kamu” “apa?”
raut wajah masing-masing dari mereka tiba-tiba berubah menjadi serius. “kalo
misalkan nanti aku udah gak ada……..” ucap Louis seraya mengambil dua amplop di
bawah bantalnya. “tolong kasihin ini ke Niall ya… dan yang satu lagi buat kamu.
Dan jangan dibuka kalo aku masih bernafas” ucap Louis. “hahaha apasih kamu Lou,
aku gak akan pernah buka surat ini, aku yakin! Kamu kan udah sembuh” jawab Tara
dengan tawa yang dipaksa, ia masih belum menerima surat yang disuguhkan Louis
kepadanya, kemudia Louis memaksa tangan Tara memegang amplop tersebut, dengan
terpaksa Tara mengambilnya dan memasukkannya ke dalam tas. “yaudah deh, tapi
sih aku yakin banget, aku gak akan pernah lou buka amplop ini =))” yang diajak
berbicara hanya tersenyum.
Ehiya… ngomongin Niall…. Dia kemana ya? sejak Louis membaik kok aku gak
pernah ngeliat dia? Dia udah gak pernah masuk sekolah lagi, ngumpul sama the
boys aja gak pernah. Aku……….kangen.
Cause when im with him I am thinking of you, thinking of you… what you
would do if you were the one who was spending the night?.. oh I wish that I was
looking into your eyes……. (Katy Perry – Thinking Of You)
No comments:
Post a Comment