HAY ZAAAAAYYYYNNNNNNN!! Sapa Tara
dengan sangat antusias ketika ia menghampiri Zayn di kelasnya sepulang sekolah.
“eh Tara….” Sahut Zayn dengan sangat hati-hati, ekspresinya menunjukkan bahwa
ia sangatlah….bingung. “masi aja kaku ah” senggol Tara sambil menyunggingkan
senyum lebarnya. “aku pengen ngomong Zayn, ke taman belakang sekolah yukyuk”
“iyaaa deh ayuk hehe” jawab Zayn.
“jadi gini Zayn…” ekspresi Tara
tiba-tiba berubah menjadi serius ketika ia dan Zayn sudah duduk di bangku taman
sekolahnya, tatapannya memandang lurus ke depan. Zayn hanya menatap Tara
dalam-dalam, sama seperti perasaannya
terhadap gadis di sampingnya saat ini, begitu mendalam hingga dadanya dipenuhi
sesak. “aku sebenernya bingung mau mulai drmana Zayn HA HA -_-“
“yaudah aku deh yang mulai…” ucap
Zayn, kali ini lebih rileks dari sebelumnya. “gimana Tara…. Kamu udah dapet
jawabannya ya.. hehe” sambil tersenyum Zayn menanyakan hal tersebut pada Tara
yang masih saja memandang lurus ke depan, tak berani menatap tatapan lembut
yang dimiliki pria di sampingnya.
“mm… zayn…. Langsung aja deh
ya….” Tara kemudian mengalihkan pandangannya menatap Zayn. “kamu tau, aku
sayang banget sama Niall. Dan sampe sekarang aku masih nyimpen di sini Zayn,
dia gak kemana-mana” ucap Tara seraya memegang dadanya. Zayn memelas, baru saja
ia ingin mengeluarkan kata-kata, Tara memotongnya. “sekeras apapun aku pengen
lupain dia, gak bisa Zayn, gak bisa….” “kasih aku kesempatan Ra…. Aku bisa
ngebuat kamu jatuh cinta sama aku, aku yakin” “engga Zayn, terlalu jahat…..
maaf, aku sayang kamu, aku udah anggep kamu kayak kaka aku sendiri Zayn, tolong
ngertiin perasaan aku.. dan jangan bkin aku ngerasa salah dengan kamu bertahan,
you deserve more than me.. kamu pasti dapet yang lebih-lebih dari aku Zayn,
kamu cuma perlu peka.. oke?” “Ra… please……” pinta Zayn dengan lemah, ia
menggengam tangan Tara yang langsung saja menepisnya. “nggak Zayn, kamu sayang
Niall kan? Aku juga.. haha” tawa Tara untuk mencairkan suasana.
Tiba-tiba saja witha datang
dengan berlari-lari kecil. “hufftttt… untung kamu masih ada Ra! Kamu di cariin
tuh sama pak Fandi” “hah? Ada apa Tha?” “hm.. kayanya mau ngomongin soal lomba
mading deh” “oh oke.. aku duluan ya Zayn” ucap Tara sambil bangkit dari
duduknya “tha kamu temenin Zayn deh, kesian tuh dia kece….. pian! Haha” tawa
Tara, ia mengedipkan sebelah matanya ketika tatapannya bertemu dengan Zayn,
Zayn tersentak, tapi kemudian berusaha tenang kembali.
“hai Zayn” sapa Witha sambil tersenyum ramah. “kamu gak
pulang?” “hah? Ng…. iya nanti hehe” jawab Zayn. “ohh.. masih ada urusan sama
Tara ya? Aku duluan deh ya kalo gitu” ucap Witha seraya melangkahkan kaki
menjauhi Zayn yang masih duduk di tempatnya. Tiba-tiba saja Zayn meraih tangan
Witha, witha membalikkan badannya dan memasang ekspresi heran “kenapa Zayn?”
Zayn tersenyum kemudian bekata “aku anter ya.. tapi temenin aku makan siang
dulu” “oohhaha ayuk deh” sahut Witha.
Singkat cerita, dari kedipan
nakal Tara lah Zayn sadar. Yang dimaksud “peka” oleh Tara ialah peka bahwa
ada
witha yang selama ini selalu memperhatikannya.
Sejak itu pula, Zayn dan Witha terlihat sering bersama dan menjadi lebih
dekat dari sebelumnya. Mungkin ini awal dari Happy Ending yang akan didapat
oleh Witha atas ketulusannya selama ini.
Tinggal kasih penjelasan ke Harry alias Jo atau siapapun dia deh… udah
deh, abis itu aku sendiri lagi. Gak akan ada Jo yang selalu ngebaca curhatan
aku.gak akan ada Harry yang selalu ngajak aku main kalo lagi bete. Witha juga,
sejak deket sama Zayn pasti waktunya jadi berkurang buat perhatiin aku yang
bisanya cuma nyusahin orang aja ha ha. …Dan gak akan ada Zayn yang selalu
manjain aku layaknya kakak manjain adiknya……..
Liam juga… dia sibuk pacaran aja aaaaaaa
Kangen waktu dulu.. waktu masih asik asik aja sama the boys……..
Sampe kapan Niall gak mau balik? Tara kangen, Tara sepi disini…….
Dua bulan pun telah Tara lewati
sejak permasalahannya dengan Harry dan Zayn yang kini sudah menerima keputusan
Tara. Dan kini pun, Tara masih tanpa Niall disisinya. Tara masih terus merindukannya,
masih terus berharap kedatangannya.
Malam itu Tara tak dapat
memejamkan matanya seperti biasa. Entah kenapa bayang-bayang Niall selalu
terlintas, dan ia merasakan rindu yang menusuk di dadanya. Kenangan bersama
Niall pun terlintas di pikirannya, segalanya. Begitu menyesakkan hingga ia tak
dapat membendung air matanya. Tara pun menangis, tanpa suara.
Setelah menangis, ia memutuskan
untuk keluar rumah, dan pergi menuju taman. Tempat yang sering ia kunjungi
bersama Niall. Yang bahkan setelah kepergiannya pun Tara masih sering kunjungi,
betapa taman itu dapat mengobati rasa rindunya, meskipun hanya sesaat, dan
sedikit.
Sesampainya disana, Tara hanya
duduk terdiam. Taman itu kini sudah sepi, hanya ada sepasang kekasih, itu pun
berada di seberang danau yang letaknya tepat di depan bangku yang Tara duduki.
Kemudian Tara bangkit, berjalan perlahan menuju pinggir danau. Tara bersedekap,
memeluk dirinya sendiri, karena udaranya terasa dingin, dan sialnya ia tak
membawa jaket.
Tara memejamkan matanya dan beberapa
butiran air mata menetes di pipinya. Ia menarik nafas dalam-dalam,
menghembuskannya. Ia membayangkan kalau saja Niall ada disini bersamanya.
Memeluknya dari belakang, seperti yang selalu dilakukannya. Ia membayangkan
tangan Niall yang kekar melingkari perutnya, kemudian Niall meletakan dagunya
di pundak Tara. Hangat, kehangatan yang tak asing lagi kini ia kembali rasakan.
Hembusan nafas yang tenang Tara rasakan di sekitar lehernya. Tara kaget dan
langsung tersentak ketika ia menyadari apa yang ia bayangkan merupakan
kenyataan.
Tangan itu kini kian mengerat,
namun tetap lembut. “aku disini…..” bisik pria yang melingkarkan tangannya itu.
Masih dipenuhi dengan rasa terkejut, Tara perlahan menoleh. Niall ! itu memang
Niall! Tara yakin ia tak sedang bermimpi apalagi berkhayal. “ni… niall????”
“sshhh… iyaa ini aku Ra”
Tara menggelengkan kepala
keras-keras, memejamkan matanya. “hey… ini beneran aku” kini kedua pasang mata
mereka bertemu, jarak keduanya begitu dekat. Kini Tara yakin ini bukan mimpi.
Kemudian ia kembali menatap ke depan, dan meletakkan tangannya diatas tangan
Niall yang masih memeluknya. Pegangan Tara mengerat, ia tersenyum bahagia,
masih dengan air mata yang belum diseka. “jangan pergi lagi Niall… aku kangen
kamu, aku gak mau kamu pergi, nggak lagi….”
Lebih dari itu yang ingin Tara katakan, namun hanya itu yang keluar
dengan susah payah.
Niall membalikkan badan Tara dan
langsung memegang kedua pipi Tara dengan lembut, menatapnya dalam-dalam. “aku
disini sayang…. Aku gak akan pergi lagi, segalanya bakal balik kaya dulu lagi
kok, bahkan aku janji kali ini akan tambah membaik” Tara memegang tangan Niall
dan berkata dengan suara yang terisak
“ini kamu kan….. ini beneran Niall kan? Aku gak lagi ngayal kan? Engga
kan???” Niall menggeleng dan Tara langsung memeluknya, dengan erat sekali,
seolah Niall akan hilang dalam hitungan detik dan ia sangat tak ingin itu
terjadi sehingga ia mengeratkan pelukannya. Ia menenggelamkan kepalanya di
pelukan Niall. Dan Niall mendekapnya dengan penuh perasaan, mengelus-elus
rambut Tara. “jangan pergi lagiii…. Aku
capek sendirian, capek ngejalanin semuanya tanpa kamu….” Ucap Tara di sela
tangisannya. Yang diajak berbicara hanya terdiam, hanya memejamkan mata dan
menghembuskan nafasnya yang berat, masih mengelus rambut Tara dengan lembut.
“ssshhh… udah, jangan nangis lagi sayang”
Tara melepaskan pelukannya dengan
Niall, ia menengadah dan mendang Niall. Kemudian Niall menghapus air mata yang
ada di pipi tara “senyum buat akunya mana?” pinta Niall seraya menyungginggkan
senyum lembutnya yang begitu khas, yang masih Tara ingat, dan ia begitu
merindukan senyum itu. Tara tersenyum dan keduanya pun duduk di bangku.
Niall melepas jaket yang ia
kenakan, kemudian memakaikannya untuk Tara yang hanya bisa tersenyum. Setelah
hening beberapa saat, tiba-tiba saja Tara memukul lengan Niall dengan manja
“kenapa pergi coba? Gak pake pamit lagi!” ucapnya seolah memarahi Niall.
“hahaha kok aku dipukul sih?” “ya abis kamu jahat! Main pergi pergi aja gak
pake pamit, berapa bulan coba tuh kamu bayangin aku gak ada kamu, sedih tauuuu!
Udah mana pas pemakaman Louis kamu gak dateng, jahat dasar” “dih haha iyaaa aku
cerita nih ya…” ucap Niall dengan senyum yang mengembang.
“aku dateng tau sebenernya ke
pemakaman Louis, tapi ya gak bareng kalian. aku ngerasa bersalah banget Ra sama
Louis, salah banget. Di sisi lain, aku udah sayang banget sama kamu. Aku
bingung, dan aku cuma bisa lari dari kenyataan, aku mutusin buat pergi dari
hidup kamu. Aku sampe ajak orang tua aku buat pindah. Mereka udah duluan
pindah, aku nyusulnya pas udah pulang dari pemakaman Louis. Di jalan, aku kecelakan
Ra hehe”
“hah?! Kecelakaan?!” mata Tara
membelalak kaget.
“iya… pala aku sampe dijahit nih”
ucap Niall sambil menunjukkan bekas jahitan di keningnya” “ih apaan sih serem
banget…..”
“kok serem? Haha udah tuh ya, aku
koma Ra, sebulan lebih ada kali… dan kamu tau? Di dalam keadaan koma aku mimpi
ketemu Louis disini, di taman ini… dia lagi duduk di pinggir danau, nikmatin
pemandangan. Trus aku samper dia, aku ikutan duduk, eh dia kaget, dia nanya
“ngapain lo disini Niall?” trus aku jawabnya “loh, gue pengen ikut lo Lou..
udah selesai waktu gue juga” “apaan sih.. belom Niall! Tara masih butuh lo. Dia
sayang banget sama lo, dan lo tega ninggalin dia? Kalo lo tega bikin dia nangis
brarti lo gak nepatin janji lo ke gue” gitu, aku diomel-omelin pokoknya sama
Louis. “tapi Lou.. ini bukannya adil? Kita sama-sama gak dapetin Tara” “trus?
Tara gak dapet apa apa? Gak ada yang jagain dia?” “pasti ada lou yang gantiin
kita” “apaan sih.. gue maunya lo! Cuma lo niall yang gue yakin bisa bikin Tara
seneng, Tara gak sedih.. cuma lo yang bisa bikin dia nyaman” “gue… gue gak enak
sama lo Lou.. gue ngerasa bersalah..” “bersalah kenapa? Gue gapapa Niall, gue
udah seneng disini dan gue pengen lo pulang, ngejagain Tara” trus aku cuma bisa
diem tuh.. dia ngomong lagi “udah sana balik, Tara nungguin… jagain dia ya yel,
gue percaya sama lo” trus kita pelukan, pelukan anak cowo ya! Kamu jangan mikir
macem-macem” “hahaha” terdengar tawa Tara yang lepas.
“yaudah yakan… gak lama, aku
sadar dr koma… dan aku sadar aku harus balik ke sini. Aku kangen juga sama kamu
lagian. Pas masa penyembuhan, aku juga ngerasain sepi yang kaya kamu rasain Ra,
hampa banget tanpa kamu. Aku sadar aku gak bisa ngerelain kamu sama siapapun.
Udah deh, pas sembuh aku balik tadi siang. Terus aku gak bisa tidur, kangen
banget sm kamu, jadi aku kesini hehe”
Tara masih dengan tatapan tak
percayanya, dan tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Tapi kemudian langsung
tersadar “tuh! Bener tuh Louis, aku disini butuh kamu tauuuuu” wajahnya
cemberut. “haha kamu lucu kalo lagi ngambek gitu, iya maaf ya sayaaaang”
“untung kamu sembuh, kalo nggak… gak tau deh aku” “yaudah, sekarang kan aku
udah disini, aku janji gak akan ada lagi yang misahin kita. I love you Tara”
Niall kemudian mencium kening Tara. “tunggu” ucap Tara “ini…. Tanggal 15 kann?
Kita annive sayaaang” lanjutnya dengan ekspresi senang. “iya ya? Ehhhiyaaa haha
yang keberapa bulan ya?” “ng… dua tahun kali!” “diiihhaha apaan sih kamu lebay”
ledek Niall “ish yaudah sih yeeee”
Selanjutnya
mereka berdua kembali menikmati masa-masa bersama yang selalu indah. Tara
takkan pernah melupakan malam ini, malam dimana orang yang begitu ia sayangi,
kembali ke pelukannya dan kembali mengisi hari-harinya, ia hanya berharap
takkan ada lagi yang dapat memisahkan mereka, kecuali kematian.
Epilog
“Louuiiiiisssss sini sayaaaang” “iyaaaa”
terdengar jawaban dari kejauhan. “sini nak” kemudian bocah berumur 4tahun itu
menghampiri sang ayah dan duduk di pangkuannya “kenapa pah?”
“kamu mau undang siapa aja nanti?
Kan kamu ulang tahun tuh ya… mama lagi nulis-nulisin nih buat kasih-kasihin
undangannya” “eyang undang ya mah?” jawab si kecil dengan lugu. “aaahh eyang
pasti dateng dong nak, diundang gak diundang pokoknya eyang mau dateng, kan
eyang mau liat cucu eyang yang ganteng ini” ucap sang nenek. “iya sayang,
terus?” “Heli mahh! cama Tania cama deyia juga! Meleka halus dateng” “hah?
siapa tuh Ra? Dia ngomong apa” Tanya sang nenek pada ibunya. “oohhaha temen
deketnya mah, Harry, Delia sama Tania” “itu anak siapa tah?” “Zayn Liam sama
Harry lah maahh” timpal sang ayah. “ooohhh… mereka juga udah nikah toh. Sama siapa?”
“ya udah ma.. masa mau lajang mulu haha Harry sama Vio anaknya yang namanya
Harry juga, gak kreatif emang dia mah. Terus Liam sama Deas anaknya si Delia Delia itu,
trus Zayn sama Witha deh, anaknya namanya Tania” “oh gitu.. kamu gak
nyanyi-nyanyi lagi tuh sama mereka?” “haha udah pensiun mah, biar Louis aja
nanti yang gantiin” gurau Tara. “nah iya tuh, Tara bener” Niall menimpali, “biar
jagoan aku nanti yang nerusin karir haha”
“mah aku mau main agiiii” ucap
Louis seraya berlari-lari kecil setelah turun dari pangkuan ayahnya. “eeeehh
ntar dulu ini temen rumah siapa lag…. Hhh yaudah deh ah” ucap Tara dengan wajah
jengkelnya. “haha sabar sayang.. nanti malem aja kalo mau tidur, itu daftarnya
udah banyak lagian” “iya deh…. Louuuuuu! Mainnya jangan jauh-jauuuuhh” “iya
maaaaahhh” sahut si kecil dari kejauhan.
TAMAT
HAAAAAHHH! Rasanya bisa nyelesain
cerita ini itu…….. kaya orang abis lahiran loh :”)
Nggak deng, gue blm ngerasain rasanya
lahiran.
Ceritanya lama ya ? panjang juga
ya? Iya maap :(
Awalnyaaa… tujuan gue bikin nih
cerita cuman buat iseng, cuma buat kepuasan diri sendiri aja. Gue jg berpikir
gak akan ada yang bakal baca, jadinya yaaaa… ya lama jeda dr part satu ke yang
lainnya hehe
Sampe kemudiaaannn…. Gue ketemu
di twitter sama salah satu, tunggu, maksud gue, satu-satunya pembaca setia gue
wkwk namanya Witha. Sejak itu, gue punya dorongan buat ngelanjutin nih cerita,
pokoknya jadi tambah semangat deeehhh
Jadi secara gak langsung, gue
dedikasiin cerita ini buat Witha, kenalan gue di twitter, thanks banget udah
mau baca yaaaaa ya gue tau lo ngebatin mulu pasti :”)
Kalo ada selain witha yang baca,
gue ucapin makasih yang sebesar-sebesarnya, tapi gue rasa engga ada :”D wkwk
sebodo deh, balik lagi ke tujuan awal, ini cuma iseng belaka.
Selain witha nih, ada juga
seseorang yang yaaaa….. jadi motivasi buat gue juga buat ngelanjutin cerita
ini.. diaaaaa…. Dia siapa ya… rahasia deh ;3
Pokoknya makasiiiih buat witha
dan seseorang disana dan yang lainnya yang udah baca ini cerita, yang udah jadi
motivasi gue buat tetep ngelanjutin sampe akhir.
Makasih juga yang udah kasih
komen di part-part sebelumnya, gue berharap kelian juga baca ampe abis :”)
Udah deh, kebanyakan ngmong ini
mah wkwk
Kritiknya ditunggu yaaaaaa, massive
thanks for reading :)
No comments:
Post a Comment