NASKAH DRAMA
“AKIBAT PERGAULAN”
ANGGOTA KELOMPOK :
Ø Ahmad Irsyad
Ø Devita Yulianti
Ø Mutiara Syalen
Ø Shulthon Hanif Majid
Ø Tika Purnama Putri
Pemain
:
Ø Bapak : Mudah
marah, umur 50-55 tahun.
Ø Ibu : Penyabar,
keibuan, umur 45-50 tahun.
Ø Arman : Beringas,
suka menang sendiri, umur 25 tahun.
Ø Rani : Penurut,
pandai, umur 21 tahun.
Suasana
malam hari, di sebuah ruang keluarga terdapat satu set meja-kursi di
tengah-tengah ruangan. Di bagian kanan terdapat pintu keluar. Sementara di kiri
dalam juga terdapat pintu ke ruang dalam. Di dinding belakang terdapat foto
keluarga. Kiri depan ada kursi malas. Suasana hening. Bapak mondar-mandir,
sesekali melihat ke pintu luar. Ibu duduk di kursi, tampak kesedihan dan
kebingungan di wajahnya.
Bapak : (Geram) ini tidak boleh dibiarkan !
Ibu : Jangan terlalu kasar, Pak. Nanti semua jadi tambah kacau.
Bapak : Arman harus dapat pelajaran, Bu ! aku malu punya anak seperti
dia.
Ibu : Mungkin… kita juga salah, Pak.
Bapak : Aku tidak pernah mengajari berbuat seperti itu. (Curiga)
jangan-jangan kamu yang mengajarinya .
Ibu : Demi Tuhan ! (heran) kenapa Bapak punya pikiran seperti itu
?
Bapak : (Duduk, menyesali perkataannya) maafkan aku, Bu !
Ibu : (Wajahnya menunduk, kelihatan pasrah pada keadaan)
Sudahlah, Pak. Kita sedang mendapat cobaan.
Tiba-tiba
pintu dibuka dengan kasar. Bapak dan Ibu terkejut, menoleh kearah pintu. Muncul
Arman.
Bapak : (Marah) Arman !
Ibu : Sabar, Pak. Sabar…. Duduklah, Nak. Ada yang ingin Bapak dan
Ibu sampaikan.
Arman
duduk santai di kursi malas.
Bapak : Anak tak tahu diuntung !
Ibu : Pak, sabar to Pak.
Arman : Baru saja datang, sudah dimarahi. Bukannya disambut baik-baik….
Bapak : Anak kurang ajar ! Harusnya kamu tahu kalau perbuatanmu itu
salah…
Terdengar
ketukan pintu. Muncul Rani.
Rani : Assalamualaikum.
Bapak+Ibu : Wa alaikumsalam…
Rani
masuk dan mencium tangan Bapak dan Ibu.
Arman : (Sinis) Nah ! anak kesayangan sudah datang. Minta apa, Nak….
Rani : Kakak, kenapa berbicara seperti itu ?
Arman : Jangan sok nggak tau. Dasar penjilat.
Bapak : Araman ! Jaga bicaramu ! harusnya sebagai kakak, kamu memberi
contoh yang baik pada adikmu bukan sebaliknya. Lihat adikmu sekarang, dia berhasil
mendapatkan beasiswa, dan dia selalu menurut apa kata orang tua….
Arman : (Memotong) Iya, iya iya…. Aku sudah hafal semua kebaikannya. Tiap
hari Bapak mengatakannya. Aku adalah anak nakal, suka pulang malam, tidak nurut
pada orang tua, apa lagi ? …
Ibu: Kamu tidak pantas mengatakan itu, Nak…
Arman : Ibu, aku sudah bosan dengan petuah Bapak. Aku juga bisa jadi anak
baik, tapi selalu Rani yang dipuji.
Bapak : Baik apanya ! menyimpan barang haram ini kau bilang baik ?
Bapak
melempar salah satu bungkus obat terlarang ke meja. Arman terpaku, wajahnya
pucat pasi.
Arman : (Takut) Itu bukan milikku, Pak.
Bapak : Kalau bukan milikmu, kenapa ada di kamarmu
?
Arman : Ada teman, titip Arman, Pak.
Bapak : Kamu sudah tau kalau itu barang terlarang,
harusnya kamu menolaknya.
Terdengar pintu diketuk. Rani membuka pintu.
Masuk 2 orang polisi. Arman berusaha lari tapi ibu mencegahnya.
Ibu : Sebagai laki-laki, kamu harus
mempertanggungjawabkan semua perbuatanmu, Nak.
Polisi : Selamat siang, Pak. Kami mendapat perintah,
untuk membawa saudara Arman ke kantor, karena diduga dia terlibat dalam
perdagangan narkoba. Ini surat perintahnya.
Bapak menerima surat dari polisi dan membaca
surat perintah tersebut. Polisi membawa Arman.
Polisi : Terima kasih atas kerja samanya. Selamat
siang Pak.
Bapak, Ibu, Rani, tampak lesu. Ibu duduk di
kursi dipeluk Rani dan menangis. Bapak terpaku melihat keluar. Sesaat kemudian
bapak menoleh ke ibu.
Bapak : Sudahlah Bu, kita harus merelakannya.
Semoga dengan kejadian ini, Arman sadar dan kembali ke jalan yang benar.
=== TAMAT
===